Kamis, 04 Oktober 2012

Badan Keton - Rothera's Test


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Asam urat adalah produk akhir dari degradasi purin. Dikatalisis oleh enzim xanthine oxidase yang berespon untuk produksi asam urat dan kerusakan radikal bebas. Asam urat menjadi parameter dalam test fungsi renal yang digunakan untuk mendeteksi abnormalitas renal yang terlihat melalui deviasi dari nilai normal serum asam urat.
Asam urat dalam urin berasal dari makanan dan penghancuran sel, baik yang rutin maupun karena penyakit. Beberapa jenis makanan banyak yang mengakibatkan peningkatan asam urat di dalam serum. 
Oleh karena itu, dalam praktikum patologi klinik kali ini, kami melakukan percobaan untuk mengetahui kadar asam urat dalam serum sampel probandus yang kami peroleh.

1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk menentukan kadar asam urat dalam sampel serum probandus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
Manusia mengubah adenosine dan guanosin menjadi asam urat. Adenosine mula-mula diubah menjadi inosin oleh adenosine deaminase. Selain pada primate tingkat tinggi uratase (uricase) mengubah asam urat menjadi alantoin, suatu produk yang larut-air pada mamalia. Namun, karena manusia tidak memiliki uratase, produk akhir metabolism purin adalah asam urat. (Murray, 2009)
Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme purin dalam tubuh. Asam urat dalam urin berasal dari nucleoprotein makanan (eksogen) dan dari penghancuran sel, baik yang terjadi secara rutin maupun yang disebabkan oleh penyakit, misalnya pada penyakit gout, penyakit hati yang berat, dan leukemia. Makanan yang banyak mengandung inti sel (kacang, hati, usus, dan limfa) akan meningkatkan asam urat dalam urin. Asam urat sukar larut dalam suasana asam dan mudah larut dalam suasana basa. (Panil, 2007)
Asam urat, asam organic lemah dengan pKa 5.75 terdapat sebagai monosodium urat pada nilai pH fisiologis. Padahal pada manusia, asam urat adalah produk akhir degradasi purin, pada mamalia lain, di degradasi lebih lanjut kedalam alantoin oleh uricase, enzim yang banyak terdapat di hepar. Bukti epidemiologi menunjukkan prevalensi gout dan hiperuricemia meningkat secara global. Gout adalah penyakit yang terutama menyerang pria, dengan peningkatan yang jelas dalam prevalensi jenis kelamin dan penuaan, dan disebabkan oleh deposit jaringan dari Kristal urat yang memperoleh waktu untuk reaksi radang. (Thorens, 2010)
Ketika kadar asam urat serum melebihi batas kelarutannya, terjadilah kristalisasi natrium urat di jaringan lunak dan sendri sehingga menimbulkan reaksi inflamasi, arthritis gout. Namun, sebagian besar kasus gout mencerminkan gangguan pengaturan asam urat di ginjal. (Murray, 2009)
Factor resiko paling banyak untuk kristalisasi asam urat dan formasi batu adalah pH urin yang rendah (dibawah 5.5) dibandingkan dengan ekskresi asam urat tinggi. Dengan mengontrol pH urin, gangguan batu asam urat dapat dicegah, hal ini menjadi salah satu cara yang sukses untuk melarutkan batu asam urat secara in vivo. Karenanya rekomendasi untuk melarutkan batu asam urat adalah ingesti cairan untuk memproduksi volume urin harian diatas 2L, alkalinisasi urin dengan sitrat atau karbonat untuk mempertahankan nilai pH antara 6.2 dan 6.5. (Grases, F, 2006)
Keadaan defisiensi purin jarang dijumpai pada manusia, namun banyak terdapat penyakit genetic terkait-katabolisme purin. Hiperurisemia dapat dibedakan berdasarkan apakah pasien mengekskresikan urat total dalam jumlah normal atau berlebihan. Beberapa hiperurisemia mencerminkan defek enzim tertentu. Hiperurisemia lainnya diakibatkan oleh suatu penyakit, misalnya kanker atau psoriasis yang dapat mempercepat pergantian (turnover) jaringan. (Murray, 2009)
Analisis kuantitatif kadar asam urat urin dapat menjadi tambahan untuk uji asam urat serum bila sedang mencari kelainan yang mengubah pembentukan atau ekskresi asam urat (seperti leukimia, gout, dan disfungsi ginjal). Metode labolatorium yang spesifik untuk mendetekasi asam urat adalah absorpsi spektrofotometri setelah pengobatan spesimen dengan enzim urikase.
Prosedur dan perawatan pasca uji
1. Kumpulkan urin pasien selama 24 jam , buang spesimen pertama dan ambil spesimen terakhir
2. Beritahu pasien untuk menjalankan kembali diet  dan jadwal obat-obatan seperti biasa.
Nilai rujukan. Nilai asam urat normal berbeda-beda sesuai dengan makanan tetapi umumnya  adalah 250 -750 mg/24 jam (SI 1,43 sampai 4,43 mmol/hari).
Faktor yang mempengaruhi, tidak mengirimkan sampel segera ke laboratorium setelah pengumpulan selesai, diet tinggi purin meningkatkan nilai asam urat dan diet rendah purin menurunkan.Pembentukan asam urat dimulai dengan metabolisme dari DNA dan RNA menjadi adenosi dan guanosin. Adenosin mula-mula diubah menajadi inosin oleh adenosin deaminase. Selain pada primata tingkat tinggi, uratase mengubah asam urat menjadi alatonin, suatu produk yang larut air pada mamalia. Namun, karena manusia tidak memiliki uretase, produk akhir metabolisme purin adalah asam urat. Asam urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin.




2.2 Prinsip Percobaan
Determinasi asam urat dengan reaksi urikase. Membentuk H2O2 yang bereaksi dibawah katalis peroxidase dengan 3,5-dichloro-2-hydroxybenzenesulfonic acid (DCHBS) dan 4-aminophenazone (PAP) memberikan warna merah-keunguan sinar quinoneimine sebagai indicator.

Asam urat + O2 + 2H2O  alantoin + CO2 + H2O2
2H2O2 + DCHBS + PAP N-(4-antipyril)-3-chloro-5-sulfonate-p-benzoquinoneimine+ HCl + 4H2O



BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Photometer
Incubator
Tabung reaksi
Mikro pipet

3.1.2 Bahan
Reagent 1 (Reagent Kit)
Standar (Asam urat 8 mg/dL)
Sampel serum (dari pria dan wanita)

3.2 Prosedur Percobaan
Blanko Sampel 1 ♂ Sampel 2 ♀ Standar
Standar atau sampel
R1 -

1000 µl 20  µl 

20  µl 

20  µl 

1000 µl
Campur, inkubator selama 10 menit, pada suhu 20o – 25o C atau 5 menit, pada suhu 37o C. Baca absorbansi dari sampel dan standar pada photometer dengan panjang gelombang 546 nm.


BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Blanko
R1 1000 µl

Inkubator selama 5 menit, pada suhu  37o C. Baca absorbansi pada photometer dengan panjang gelombang 546 nm.

4.2 Sampel dan Standar (serum pria dan wanita)
Sampel atau
Standar 20 µl             R1 1000 µl

Inkubator selama 5 menit, pada suhu 37o C. Baca absorbansi pada photometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Setelah dibaca pada photometer dengan panjang gelombang 546 nm diperoleh konsentrasi asam urat dalam sampel serum sebesar :
Pria (65 tahun)   :  5.71 mg/dl
Wanita(39 tahun)          :  3,96 mdg/dl


BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami mengukur kadar asam urat dalam serum, dengan metode enzimatik kolorimetrik tes (uricase-PAP), dengan prinsip percobaan sebagai berikut : Uricase mengubah asam urat dalam sampel ke Allantoin, Karbon dioksida (CO2) dan Hidrogen peroksida (H2O2). Oleh aksi Peroksidase (POD) dan dengan adanya fenol-derivatif, DHBS dan 4-Aminoantipyrine, Hydrogenperoxide memberikan indikator reaksi berwarna yang dapat diukur pada panjang gelombang 546 nm. Meningkatnya absorbansi berkorelasi dengan konsentrasi asam urat dari sampel.
Sampel yang digunakan berasal  serum dua orang pasien, sampel pertama pria dan sampel kedua wanita. Kedua sampel dilakukan pengukuran sebanyak dua kali. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Pria   :  5,71 mg/dl
Wanita  :  3,96 mdg/dl
Dari kedua pengukuran diperoleh hasil asam urat dalam range normal, dimana kadar normal asam urat pada sampel serum adalah, untuk pria berkisar 3,4-7,0 mg/dl atau 200-420 µmol/l dan untuk wanita berkisar 2,4-5,7 mg/dl atau 140-340 µmol/l. Sedangkan untuk sampel urin berkisar 250-750 mg/dl atau 1,5-4,5 µmol/l. 



BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
a. pada hasil praktikum kedua probandus menunjukkan nilai yang normal
b. factor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah:
sampel serum/ plasma hemolisis
stress dan puasa berlebih dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat serum. Diet tinggi purin. 
6.2 Saran
Sebaiknya praktikum yang dilaksanakan di dalam Laboratorium Patologi Klinik dapat dilakukan secara langsung oleh mahasiswa agar materi yang diperoleh dapat dipraktekkan.




DAFTAR PUSTAKA

Graves, F, et al, 2006, Renal Lithiasis and Nutrition, Nutrition Journal BioMed Central 5:23.
Murray, RK, 2009, Biokimia Harper Edisi 27, EGC, Jakarta.
Panil, Z, 2007, Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis untuk Mahasiswa Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan Analis Kesehatan, EGC, Jakarta.
Staff Pengajar FK UGM, 2012, Laboratory Manual Block 16 Metabolism and Endocrinology, UGM Press, Jogjakarta.
Thorens, B, et al, 2010, Uric acid Transport and Disease, The Journal of Clinical Pathology, Vol. 120, No. 6, pp. 1791-1799.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar