BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan monosakarida yang paling dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat pada diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan meningkat pada saat hamil dan laktasi. Pada laboratorium, pemeriksaan gula darah banyak dilakukan mengingat kepentingan diagnostic klinis yang luas dalam bidang kedokteran. Dalam keadaan fisiologis, kadar gula darah mempunyai variasi, namun tetap dalam batas-batas normal.
Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh kekurangan insulin baik relatif maupun absolut atau kurang efektifnya insulin. Diabetes mellitus di Indonesia dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis. Prevalensi diabetes mellitus (DM) di dunia terus meningkat.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan Diabetes Mellitus, namun cara yang dianjurkan dan banyak digunakan adalah melalui cara enzimatik Glukosa Oksidase (GOD), karena metode ini dianggap mendekati hasil kadar glukosa. Oleh karena itu, dalam praktikum Patologi Klinik kali ini kami melakukan percobaan Uji Glukosa dengan metode GOD-PAP untuk mendiagnosis adanya diabetes mellitus.
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan konsentrasi glukosa dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh kekurangan insulin baik relatif maupun absolut atau kurang efektifnya insulin. Diabetes mellitus di Indonesia dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis. Prevalensi diabetes mellitus (DM) di dunia terus meningkat. Di Indonesia diperkirakan ada 1-2% dari populasi, artinya 1 dari 50-100 orang adalah penderita diabetes mellitus (DM). jumlah tersebut diperkirakan mengalami peningkatan secara terus menerus. Sedangkan di dunia, jumlah penderita diabetes mellitus akan meningkat dari 171 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030. Menurut WHO pada tahun 2003 diperkirakan jumlah penderita Diabetes di dunia telah mencapai 177 juta jiwa, dan di asia diperkirakan mencapai 89 juta jiwa. Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah terbesar penderita Diabetes Mellitus di dunia. (Sudoyo, 2009)
Diabetes mellitus terbagi menjadi 2 klasifikasi yaitu:
Tipe 1 (diabetes mellitus tergantung insulin)
Ini adalah penyakit yang jarang terjadi, terutama mengenai penduduk Eropa utara yang berkulit putih (25/10.000 populasi), dimana gejala timbul pada usia <30 tahun, dan terjadi defisiensi insulin absolute setelah sel β pancreas dihancurkan oleh proses autoimun pada orang-orang yang memiliki predisposisi secara genetis. Saat datang, pasien umumnya kurus dan memiliki gejala-gejala poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, cepat lelah dan terdapat infeksi (abses, infeksi jamur, misalnya kandidiasis). Ketoasidosis dapat terjadi, disertai gejala mual, muntah, mengantuk, dan takipnea.
Tipe 2 (diabetes mellitus tidak tergantung insulin)
Penyakit ini sering ditemukan (prevalensi saat ini adalah 2% di Inggris dan 6,6% di Amerika, dan meningkat pesat akibat factor gaya hidup/ diet) pada usia menengah dan manula, diakibatkan terutama oleh resistensi terhadap kerja insulin di jaringan perifer. Walaupun pada tahap lanjut defisiensi insulin dapat terjadi, namun tidak ditemukan defisiensi absolute insulin. Penyakit ini juga dipengaruhi factor genetic. Gambaran klinisna 80% kelebihan berat badan, 20% datang dengan komplikasi (penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan). Pasien dapat juga datang dengan poliuria dan polidipsia yang timbul perlahan-lahan.
Bentuk lain diabetes adalah:
Kegagalan pancreas eksokrin: pancreatitis, pankreatektomi, kerusakan (karsinoma, fibrosis kistik, hemokromatosis)
Penyakit endokrin: sindrom Cushing, akromegali, glukagonoma, feokromositoma
Diabetes pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada trimester terakhir kehamilan dan memiliki patofisiologi yang mirip dengan diabetes tipe 2. Tidak mengherankan bahwa 30-50% pasien dengan diabetes pada kehamilan menjadi penderita diabetes mellitus tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun.
Diabetes mellitus akibat malnutrisi: ditemukan pada Negara berkembang.
Penyebab genetic: semuanya jarang ditemukan. Diabetes pada usia muda (maturity onset diabetes of the young [MODY]) berkaitan dengn gangguan fungsi sel β pancreas, misalnya MODY 1 – factor nucleus hepatosit abnormal HNF-4α; MODY 2 – defek glukokinase; MODY 3 – HNF-1α abnormal. Kelainan genetic lainnya adalah kelainan pada kerja insulin (misalnya leprechaunisme tipe A yang resisten terhadap insulin). (Davey, 2005)
Diabetes mellitus ditandai oleh kadar glukosa yang meningkat secara kronis. Kadar glukosa darah puasa pada berbagai keadaan adalah sebagai berikut:
Diabetes ≥ 7,0 mmol/L
Toleransi glukosa terganggu (impaired glucose tolerance) 6-7 mmol/L
Normal < 6 mmol/L
(Davey, 2005)
Toleransi glukosa adalah kemampuan tubuh untuk mengatur kadar glukosa darah setelah pemberian glukosa dengan dosis uji (normalnya 1 mg/kg berat badan). Diabetes mellitus (tipe 1 atau diabetes mellitus dependent insulin/ IDDM) ditandai oleh berkurangnya toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin karena kerusakan progresif sel-sel β pulau Langerhans. Toleransi glukosa juga terganggu pada diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM) akibat gangguan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin. Resistensi insulin yang berkaitan dengan obesitas (dan terutama obesitas abdomen) menyebabkan hiperlipidemia, kemudian ateroskeloris dan penyakit jantung koroner, serta diabetes nyata (overt diabetes) yang dikenal sebagai sindrom metabolic. Gangguan toleransi glukosa juga terjadi pada kondisi-kondisi kerusakan hati pada beberapa infeksi, serta sebagai respons terhadap obat tertentu, dan pada kondisi yang menyebabkan hipersensitivitas hipofisis atau korteks adrenal akibat antagonism hormone-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ini terhadap kerja insulin (Murray, 2009)
Dalam keadaan fisiologis, kadar gula darah mempunyai variasi, namun tetap dalam batas-batas normal. Kadar gula darah bergantung pada waktu pengukuran (sebelum atau setelah makan), jenis makanan, dan metode yang digunakan dalam pemeriksaannya. Cara pemeriksaan yang lazim digunakan sekarang adalah metode enzimatis yang hanya mendeteksi glukosa darah. Pada metode nonenzimatis (missal metodae reduksi atau kolorimetri), selain glukosa, zat-zat lain ikut terbaca, seperti fruktosa, galaktosa, dan vitamin C maka nilai yang diperoleh akan lebih tinggi. (Panil, 2007)
Glukosa darah atau yang popular dengan gula darah adalah bahan bakar tubuh. Selain itu glukosa dicadangkan dalam bentuk glikogen. Jika asupannya banyak, glukosa akan disimpan sebagai trigliserida pada jaringan adipose.
Gula darah merupakan sumber energy yang paling aktif digunakan oleh tubuh melalui proses glikolisis lengkap (Embden Meyerhof, Siklus Krebs)
Selain untuk energy, glukosa disintesis menjadi asam lemak melalui jarum malonil dan kemudian dengan gliserol akan membentuk trigliserida.
Glukosa selain disimpan sebagai lemak cadangan melalui proses lipogenesis, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis asam amino nonesensial melalui proses aminasi asam keto.
Glukosa juga dapat disintesis menjadi bahan aktif lain, seperti golongan glikolipid atau glikoprotein
Sebaliknya, jika pemakaian glukosa mengalami hambatan, seperti kekurangan insulin atau reseptor pada dinding sel, akan berakibat meningkatnya gula darah yang disebut hiperglikemi. Jika kadar gula tersebut telah melewati ambang kemampuan ginjal, kadar gula yang tersisa akan keluar melalui urin sebagai glikosuria. (Panil, 2007)
2.2 Prinsip Percobaan
Konsentrasi glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatik oleh glukosa oksidase. Indicator kolorimetrik adalah quinoneimine, yang secara umum berasal dari 4-aminoantipyrine dan fenol oleh hydrogen peroksidase dibawah aksi katalisis peroxidase (reaksi Trinder). Reaksinya adalah sebagai berikut:
Glukosa + O2 asam glukonat + H2O2
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + fenol quinoneimine + 4H2O
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat
Tabung reaksi
Mikropipet
Photometer
Bahan
Reagent kit
Larutan standar
Plasma
Aquadest
Prosedur Percobaan
Blanko Sampel atau Standar
Sampel/ standar - 10 µL
Aquadest 10 µL -
Reagent 1000 µL 1000 µL
Campur dan inkubasi selama 20 menit pada suhu 20 – 25°C
Dilakukan pembacaan absorbansi blanko dalam waktu 60 menit
Perhitungan:
Kadar Glukosa (mg/dL) = (∆A sampel ×kadar standar (mg⁄(dL)))/(∆A standar)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Percobaan
Dari hasil pembacaan absorbansi pada fotometer didapatkan hasil kadar glukosa sampel adalah 72 mg/dl.
4.2 Interpretasi Hasil
Hasil kadar glukosa 72 mg/dl menandakan bahwa kadar glukosa sewaktu sampel dalam rentang kadar normal
BAB V
PEMBAHASAN
Metode Glukosa Oksidase (GOD PAP) adalah metode yang sangat spesifik untuk pengukuran glukosa didalam serum atau plasma melalui reaksi dengan glukosa oksidase, asam glukonat serta dibentuk hydrogen peroksida. Pemeriksaan dengan metode GOD PAP ini dianjurkan menggunakan plasma darah yang diambil langsung dari vena (pembuluh darah balik) disekitar lipatan siku. Hal ini disebabkan metode GOD PAP dinilai bersifat lebih spesifik karena yang diukur hanya kadar glukosa.
Pada reaksi kimia enzimatis yang terjadi, glukosa oksidase(GOD) mengoksidasi glukosa sehingga terbentuklah H2O2 yang dengan adanya peroksidase akan bereaksi dengan phenol dan aminoantipirin. Oksidasi ini akan menghasilkan zat warna yang intensitasnya sama dengan kadar glukosa. Kemudian intensitas warna dibaca pada fotometer gelombang 540.
Kadar glukosa darah sewaktu normal yaitu dalam rentang 70-150mg/dl. Dari hasil praktikum didapatkan kadar glukosa sampel yaitu 72 mg/dl. Namun keadaan ini belum dapat menegakan diagnosis sampel sebagai penderita diabetes mellitus. Karena hasil dapat saja dipengaruhi oleh beberapa faktor influence seperti Obat-obatan, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah, Trauma atau stress, dapat menyebabkan peningkatan kadar glikosa darah, Merokok, dapat meningkatan kadar glukosa darah, Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium, dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penundaan pemeriksaan akan menurunkan kadar glukosa darah dalam sampel, hal ini dikarenakan adanya aktifitas yang dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar akan menyebabkan penurunanan kadar glukosa darah kurang lebih 1-2 % per jam.
Oleh karena itu, untuk menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu tes toleransi glukosa oral atau tes glukosa puasa untuk memastikan keadaan pasien (sampel) yang sebenarnya untuk dapat dilakukan terapi yang tepat.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan kadar glukosa sampel adalah 72 mg/dl. Sampel yang digunakan adalah sampel sewaktu, sehingga kadar tersebut sudah dalam rentang yang normal. Namun sampel belum bisa dipastikan tidak mengalami Diabetes Mellitus karena hasil bisa saja dipengaruhi oleh faktor penggangu. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penegakan diagnosis.
6.2 Saran
Agar praktikum ini lebih efektif, sebaiknya untuk alokasi waktu mahasiswa dalam laboratorium lebih diperpanjang lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P, 2005, At a Glance Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Murray, RK, et al, 2009, Biokimia Harper Edisi 27, EGC, Jakarta.
Panil, Z, 2007, Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis untuk Mahasiswa Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan Analis Kesehatan, EGC, Jakarta.
Staff Pengajar FK UGM, 2012, Laboratory Manual Block 16 Metabolism and Endocrinology, UGM Press, Jogjakarta.
Sudoyo, AW, et al, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, Interna Publishing, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar